Selasa, 23 Februari 2016

Yang Aneh Dan Baru Pasti Menakutkan. Disaat Mulai Terbiasa, Semua Seakan Dilupakan

Manusia diberi akal dan pikiran bukan tanpa alasan. Ini membuat kita lebih kreatif dan "berguna" di muka bumi ini jika dibandingkan dengan populasi Bumi lainnya yang terdiri dari binatang dan tumbuhan. Dari sekian banyak manusia yang memadati planet ini, sungguh banyak yang mempunyai ide cemerlang. Tapi hanya sedikit dari mereka yang benar-benar melaksanakan ide mereka itu menjadi realita, dan hanya segelintir dari sedikitnya orang itu yang benar-benar berhasil.

Kalau kita bicara tentang dunia IT dan para geeks, tokoh yang tidak mungkin dikesampingkan adalah pengusaha asal Amerika Serikat yang bernama Bill Gates. Terkenal dan berhasil karena suksesnya Microsoft, Bill Gates berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk membuatnya menjadi salah satu manusia terkaya di dunia.

Tapi apakah jalan ke surga selalu mulus? Tidak selalu. Atau tepatnya tidak akan pernah. Bill Gates pernah merasakan pahitnya keluar-masuk pengadilan karena tuntutan akan Internet Explorer, penurunan penjualan Windows, dan susahnya bersaing melawan Google Android. Manusia paling sukses dan paling bijaksana pun pasti mengalami cobaan. Pemuka agama bahkan seorang Nabi pun masti merasakan pahitnya sulit dan cobaan. 

Mau jenis kelaminnya apa, orientasinya LGBT apa bukan, dari negara manapun, artis maupun pejabat, mereka yang cacat dan yang normal, dan tidak juga terbatas dari si kaya dan si miskin, pasti pernah sulit menghadapi kenyataan yang ada didepannya.

Kenapa? Karena dunia belum siap menerima apa yang mereka dan apa yang ingin mereka sampaikan.

Ini belaku sama dengan teknologi. Dulu manusia merasa asing dengan adanya api. Tapi setelah tahu api bisa membuat makanan menjadi lebih awet dan mudah dimakan, dan juga memberi kehangatan pada malam hari, api menjadi hal yang lumrah. Pesawat terbang adalah hasil dari cemooh, tapi dengan kesungguhan yang gigih, Wright Brothers berhasil membungkam para haters-nya setelah berhasil membuat pesawat untuk pertama kalinya.

Sekarang, tidak bisa dibayangkan apa jadinya manusia tanpa api dan tanpa pesawat terbang. 

Di Indonesia yang teknologi merupakan hal yang umum, kita masih cenderung merupakan tipe konsumen dan bukan pembuat. Ini membuat Indonesia menjadi target operasi banyak usaha internasional karena melihat potensi populasi kita yang merupakan salah satu terbesar di dunia. Banyak teknologi baru yang diperkenalkan setiap harinya, tapi hanya segelintir yang terdengar, dan sedikit lagi yang keluar ke publik. 

Dari yang berhasil diperkenalkan ke publik ini yang menuai reaksi yang berbeda-beda.

Di Indonesia misalnya, pas saat pertama kali Go-Jek diperkenalkan, ini adalah suatu gebrakan baru dengan memanfaatkan kepadatan dan ketidak-teraturan Jakarta dengan memanfaatkan transportasi tradisional yang sebelumnya tidak berbadan. 

"Taksi motor" ini sungguh luar biasa kalau dibandingkan dengan "taksi" pada umumnya, atau transportasi masal seperti angkutan umum yang beragam jenisnya. Penunggang kuda besi pasti tahu bagaimana bergunanya motor di Jakarta ini.

Aplikasi buatan Nadieem Makarim sangat diterima di berbagai kalangan, tapi beberapa kalangan lainnya bersikeras untuk menolaknya. Kenapa? Mulai dari alasan saingan bisnis sampai undang-undang dan lainnya. 

Tapi kita pernah mendengar hal ini sebelumnya bukan? 

Pernolakan keras terhadap sesuatu hampir selalu hanya memperlambat proses penerimaan, bukan mencegahnya. Tidak ada yang bisa membendung perubahan dan tren. Kalau di contohkan di politik, bisa diibaratkan negara Iran yang sebelumnya "menutup" dirinya dari efek Westernisasi sejak Revolusi Iran, sekarang mulai terbuka menerima "kunjungan" internasional demi memajukan negaranya.

Sergey Brin, salah satu pendiri Google, pernah ke Indonesia di bulan Desember 2015 silam. Dia mengakui akan adanya Go-Jek dan bagaimana model bisnisnya. Dalam kesempatan itu, dia mengagumi akan adanya layanan on-demand seperti Go-Jek.

Intinya, tren adalah hal yang mustahil di bendung. Manusia diciptakan untuk berpikir, dan pikiran itu selama tujuannya adalah demi kemajuan umat manusia pada umumnya, itu akan menjadi tren suatu saat nanti. Jadi kalau ada yang berniat membendungnya dengan membangun undang-undang atau pun benteng setebal puluhan meter, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membobolnya, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar